Wahai sahabt-sahabatku yg di Indonesia. Tulisan di bawah ini merupakan copy-an dari tulisan Galuh P. Ayu. Seorang sahabatku asal Banjar Negara (Jawa Tengah) yang kini studi di Rusia jurusan kedokteran. Tulisan ini sengaja ku-copy ulang, lalu kuterbitkan di dalam catatan fb-ku agar informasi kebaikan ini makin menyebar. Bukankah menyebarkan kebaikan itu bagian dari dakwah ? Apalagi banyak pengguna fb yang mengunakan fb-nya untuk menyebarkan sesuatu yg kurang baik. Karena itu dengan penyebaran ini semoga dapat menginspirasi yang lain untuk berlomba-lomba menyebarkan kebajikan lewat fb. SELAMAT MEMBACA DAN SEMOGA DAPAT MENGAMBIL HIKMAHNYA
-----------------------------------------------------------
Hijab dalam Jihad di negeri Beruang Merah
oleh Galuh P Ayu pada 19 Januari 2011 jam 21:05
12 September 2010 adalah tanggal saat aku baru kembali dari tanah air. Ibarat sebuah baterai, energiku baru saja Fully charged. Maksudku, kerinduan pada kampung halaman, keluarga, bahkan pada makanan-makanan khas Indonesia yang jarang kutemukan di Moskow, telah terkikis. Gelak tawa, canda, serta kelakar bersama keluarga telah kudapatkan dengan sempurna, sejalan dengan keharuan dan isak-tangis bahagia.
Tapi tak urung, mengingat bahwa mahasiswa kedokteran dari Indonesia di Moskow saat ini hanya aku seorang, membuat nyaliku seakan takut untuk keluar dari sarangnya. Mau tidak mau itu menjadi beban moral bagiku, meski mungkin tak seorang pun yang akan menyadari apalagi mempedulikannya. Hatiku serasa setengah hati untuk menjejakkan kaki di Moskow lagi. Namun pelukan dari sang Ibu, dukungan dari Bapak, dan senyuman hangat dari adik-adikku, membuatku berani untuk kembali ke kota ini dengan tekad dan semangat. Aku ingin berkarya demi Negara. Meski aku tau persis, hal itu tidak akan pernah semudah mengedipkan kelopak mata.
Esok adalah hari pertama masuk kuliah. Aku merasa ada hal besar yang mengusik hatiku.
Aku berdiri di depan cermin. Di sini, aku merasa ada sesuatu yang wajib aku perbuat, tapi belum kulakukan. Tiba-tiba otakku memutarkan ingatan saat aku masih berada di Indonesia. Di malam bulan Ramadhan, seusai sholat tarawih berjamaah, aku berkata kepada ibu, “Bu, Galuh pengin pake kerudung.”
Sambil tersenyum, ibu memelukku. Jawabnya, “ Alhamdulillah. Semoga Allah meridhoi niat kamu. Aamiin…”
“Tapi Galuh takut. Amal Galuh belum sempurna. Karakter Galuh masih belum berubah. Galuh takut nanti Islam malah diberi cap jelek gara-gara tingkah Galuh,” ujarku agak sedih.
“Alhamdulillah, kamu masih diberi rasa takut. Karena takut kamu itu adalah tanda iman kamu,” kali ini Bapak yang menjawab. “Tapi kalo kamu memang sudah bertekad untuk menutup aurat, InsyaAllah, kamu akan terhindar dari perbuatan yang tidak baik. Dan sedikit demi sedikit, kamu akan memperbaiki kekurangan-kekurangan kamu.”
“Kalo nanti di sana Galuh dikira teroris? Terus semua jadi memusuhi Galuh?” tanyaku masih sangsi.
“Justru di situlah ladang amal untuk kamu. Tunjukkan kalo kamu adalah muslimah yang baik. Dan insyaAllah, mereka nggak akan berbuat macam-macam dengan kamu.”
Demi mendengar kata-kata itulah. Demi mendengar dukungan-dukungan itulah. Dan demi mendengar doa-doa itulah, akhirnya aku, di depan cermin, sambil mengucap BismillaahirRahmaanirRahiim, menguatkan niat untuk mulai memakai hijab/kerudung.
Di Indonesia, memakai kerudung mungkin sudah menjadi hal yang lazim dan bukan hal baru lagi. Tapi lain halnya di bumi Russia ini. Apalagi seorang aku, yang pertama kali dikenal dulu tidak memakai hijab/kerudung...
Dan seperti dugaanku, perjuangan baru saja dimulai. Cobaan demi cobaan silih berganti. Mulai dari teman, dosen, sampai ZamDekan.
Tepat 10 hari aku dinyatakan bolos. Tanpa mendapat ampun, apalagi pengertian dari dosen-dosen, aku langsung dibebani dengan segudang otrabotka (menjalani test lisan untuk menebus bolos kuliah). Aku hanya dapat menghela napas sambil mengucap Wa laa khaula wa laa quwwata Illaa billah. Otrabotka kujalani dengan sabar. Ketidak-puasan dosen penguji atas jawabanku yang kurang sempurna, kuanggap sebagai pemicu untuk dapat menjadi lebih baik dan lebih rajin membaca. Karena mencari ilmu adalah jihad yang wajib dilakukan oleh setiap muslim.
Tapi ternyata mereka benar-benar menguji imanku. Untuk menebus satu tema untuk satu Mata Kuliah saja, aku harus lebih dari sekali menjalani test. Okelah, aku memang tidak jenius, sehingga tak semua hal aku ketahui dengan mendetail. Tapi apakah mengusir mahasiswa yang tidak dapat menjawab SATU soal rumit –yang bahkan anak Russia sendiri tidak tau apa jawabannya- ,adalah sebuah tindakan yang bijaksana?? Padahal soal-soal lainnya sudah dijawab dengan lengkap sesuai dengan apa yang tercatat dalam semua buku..!
ZamDekan,,,terakhir kudengar, dia adalah seorang Yahudi yang (memang) menDO seorang siswa muslimah (naudzubillah)...
Lain lagi dengan komentar teman-temanku. Mereka yang mengetahui bagaimana perilakuku, sempat shock, dan benar-benar tidak percaya dengan keputusanku. Bahkan ada yang keceplosan bertanya, “ Ayu, tiy shto?? Vishla zamuzh, shto-li?” (*Ayu, kamu kenapa?? Udah nikah apa??). Aku tersenyum menanggapinya, sambil berucap, “Nggak. Karena di Al-Qur’an tertulis bahwa Islam mewajibkan para muslimah memakai hijab atau semacamnya untuk menutupi aurat.”
Belakangan, aku memaklumi keheranan mereka. Temanku menjelaskan bahwa di sini, wanita-wanita beragama Islam yang memakai hijab adalah para wanita yang dianggap sudah dewasa, dalam hal ini pun sudah menikah, atau minimal siap untuk menikah.
Ada pula yang iseng, sengaja mencegatku di tengah jalan. Aku menghormatinya, karena dia masih teman seangkatanku.
“Assalamualaikum,” sapa cowok itu. Padahal agamanya bukanlah Islam. Dan sebelumnya, dia tidak pernah sekalipun menegurku dengan sapaan itu.
Tapi aku tetap menjawab, “Wa’alaikum salam.”
“Jadi, sekarang kamu mulai pake hijab?” tanyanya sambil cengar-cengir.
“InsyaAllah,” jawabku pendek. Aku sudah mencium gelagat tidak mengenakkan darinya.
“Terus…kamu juga akan berhenti dengerin lagu rock, hip-hop dan semacamnya, dan cuma dengerin lagu dari Arab?” lanjutnya. Terdengar sedikit menyindir.
“Lagu dari Arab? Maksudnya?” Alisku menyerit.
“Yang semacam memuji-muji Tuhan kamu, nabi kamu, dan lain-lain.”
“Jika memang harus, kenapa tidak?” tantangku.
“Oh, C’mon. Ini bukan seperti Ayu yang aku kenal.”
“Sorry, but I think you didn’t know me, you don’t know me, and you will never know me. I’m still the same Ayu. And I am a Muslim.”
“Okey… Then, what’s the meaning of AYU?”
Aku menghela napas. Pertanyaan semacam ini sudah berulang kali aku dengar. Tapi kebanyakan tidak puas dengan jawabanku. “Masa nama sependek itu, artinya bisa sebagus itu?” protes mereka. Padahal aku hanya menjawab Ayu artinya kebaikan. Dalam arti, harapan dari orang tuaku supaya aku bisa menjadi anak yang mengabdi pada kebaikan, di mana saja aku berada.
Ayu. Aku dipanggil dengan nama belakangku sejak PodFac tahun 2007 lalu. Nama panggilan ini hanya akan terdengar di kampus dan asrama. Orang-orang Indonesia akan memanggilku dengan nama lain. Galuh.
“Apa kamu merasa kalo kamu sudah sempurna, sehingga bisa memakai hijab sebagai status kamu? Atau kamu pake itu cuma untuk fashion saja?”
“Astaghfirullah…”Akhirnya kutinggalkan dia. Aku takut obrolan ini bukannya mendatangkan manfaat, melainkan hanya mudharat.
Aku mungkin tidaklah sempurna, tapi aku berusaha untuk menjadi lebih baik. Proses – tidak pernah instan. Perlu waktu, usaha, dan kesabaran.
Aku mungkin masih belajar berdiri, tapi bukan berarti di kemudian hari aku tidak mampu untuk berjalan, bahkan berlari. Dan jika suatu saat nanti aku akan terjatuh, aku yakin pasti akan ada tangan-tangan kuat yang terulur untuk membantuku bangkit kembali…
p.s. = semoga Allah meridhoi jihad kita..aamiinn…
------------------------- berikut di bawah ini kutipan dari komentar KSN. JILBAB --------------------------
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIMI
Kagem: Sedherekku Galuh P Ayu
"Apakah kamu mengira akan masuk Surga padahal belum diuji dan diketahui kesabarannya ? " (3:142)
- Setiap hal untuk dapat diketahui tingkat kualitasnya, mesti diuji. Terkait sekolah/kuliah misalanya: tidak ikut UAS, tapi kok dapat ijasah, pasti ijasahnya aspal (asli tapi palsu). Apalagi soal Iman. Seperti kata pepatah, Angin di atas, tiupannya makin kencang. Mereka yang lemah, pasti mudah jatuh. Begitu pula bentuk ujian keimanan. Makin tinggi bentuk godaan, kiranya dapat dimaknai cara Allah menaikkan derajat kualtias keimanan seseorang.Pernyataan di atas, secara filosofis kiranya dapat dikatakan bahwa Syetan amat berjasa mengantarkan kita masuk Syurga. Jika tidak pernah digoda Syetan, artinya tidak pernah di uji. Dan jika tidak pernah di uji berarti belum bisa masuk Surga, sebab Surga diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman tinggi. Orang yang beiman tinggi adalah mereka yang telah lulus ujian. Dan siapakah makhluk penggoda Iman ? tidak lain adalah Syetan. Karena itu Syetan tidak perlu ditakuti. Syetan tidak perlu dihindari. Syetan adalah mitra bersaing untuk menguji kualitas keimanan kita.
- Mbak GALUH P AYU: Rusia adalah bumi Allah. Bumi adalah planet yg cocok untuk manusia. Dan di bumi Rusia ini adalah tempat dimana keimanan diuji. tentu saja jenis godaanya beda dengan di Indonesia. Disitulah sesungguhnya cara Allah hendak menaikkan derajatmu.
SEMOGA ALLAH MENGANGKAT DERAJATMU DAN SENANTIASA MENJAGAMU.
Belgorad-Rusia, 19 Januari 2010
Sahabat Serantau,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berikan Komentar pada Artikel Ini !