Selamat Datang Di Blog YudiFlasheR

Menorekan apa yang kita rasakan adalah tidak mudah, merangkai kata untuk mewakili perasaan itu seperti mendaki sebuah bukit yang terjal, terkadang terpeleset, atau terantuk dan akhirnya perlu adanya energi kemauan dan kebiasan positif yang terlatih.

Sabtu, 22 Januari 2011

DOA UNTUK PUTRAKU

BISMILLAHIRRAHIMANIRRAHIM.

15 tahun yang lalu (18 Januari 1996), terlahir putraku pertama: "Jaisy Er Rahman Hubbul Falasifa Sufi Al-Batawi" (Tentara Allah yg Cinta Kebijaksanaan dan Kesucian dari Jakarata). Seperti kata orang bijak: "ANAK SHOLEH TIDAKLAH DILAHIRKAN, TAPI DIBENTUK", atau seperti yang dituturkan group Raihan: "Iman tak dapat diwarisi dari seorang ayah yang bertaqwa. Ia tak dapat dijual-beli. Walau apapun caranya juga. Engaku mendaki gunung yang tinggi. Engkau meretas lautan api, namun juga tidak dapat dimiliki. Jika tidak kembali pada Allah".

Kata orang bijak, jika pendekatan agama, politik, hukum, militer, tak lagi sanggup mengatasi, maka sastra yang berbicara. Berdasarkan hadits Nabi, Addu’a silaahul mukminiin( doa adalah senjatanya orang-orang mukmin). Berikut kutipan puisi yang berisi doa sebagai refleksi cerminan diri bahwa dalam mendidik anak, tidak terlepas dari kekuasaan Allah. Puisi ini diciptakan oleh seorang jenderal Douglas Mac Arthur (Ia tulis puisi untuk putra tercintanya yang saat itu baru berusia 14 tahun. Pada saat yang bersamaan, Ia lagi di medan perang: Mei 1952. Persis dengan putraku, saat ia berumur 14 tahun: kutinggal untuk menimba ilmu di Rusia). Putraku, simaklah PUISI kiriman abi. Hayati. Renungi. Amalkan.

DOA UNTUK PUTRAKU

Tuhanku...

Bentuklah puteraku menjadi manusia yang cukup kuat untuk mengetahui kelemahannya. Dan, berani menghadapi dirinya sendiri saat dalam ketakutan.

Manusia yang bangga dan tabah dalam kekalahan.

Tetap Jujur dan rendah hati dalam kemenangan.

Bentuklah puteraku menjadi manusia yang berhasrat mewujudkan cita-citanya dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja.

Seorang Putera yang sadar bahwa mengenal Engkau dan dirinya sendiri adalah landasan segala ilmu pengetahuan.

Tuhanku...

Aku mohon, janganlah pimpin puteraku di jalan yang mudah dan lunak. Namun, tuntunlah dia di jalan yang penuh hambatan dan godaan, kesulitan dan tantangan.

Biarkan puteraku belajar untuk tetap berdiri di tengah badai dan senantiasa belajar

untuk mengasihi mereka yang tidak berdaya.

Ajarilah dia berhati tulus dan bercita-cita tinggi, sanggup memimpin dirinya sendiri, sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain.

Berikanlah hamba seorang putra yang mengerti makna tawa ceria tanpa melupakan makna tangis duka.

Putera yang berhasrat untuk menggapai masa depan yang cerah

namun tak pernah melupakan masa lampau.

Dan, setelah semua menjadi miliknya...

Berikan dia cukup rasa humor sehingga ia dapat bersikap sungguh-sungguh

namun tetap mampu menikmati hidupnya.

Tuhanku...

Berilah ia kerendahan hati...

Agar ia ingat akan kesederhanaan dan keagungan yang hakiki...

Pada sumber kearifan, kelemahlembutan, dan kekuatan yang sempurna...

Dan, pada akhirnya bila semua itu terwujud, hamba, ayahnya, dengan berani berkata "hidupku tidaklah sia-sia"


BELGORAD-RUSIA, 18 Januari 2010


Abu Jaisy Er Rahman Hubbul Falasifa Sufi Al-Batawai

catatan:

Maafkan abi jika dalam mendidikmu terdapat luka hati

Bersama puisi ini, kukirimkan air mata penyesalanku untukmu

Cintailah Allah. Cintailah Rasululullah. Cintailah dakwah. Cintailah jihad. Cintailah kaum Mustadhafiin (mereka yang lemah, fakir, miskin, orang-orang yang taraniaya dan tertindas). SALAM RINDU DARI ABIMU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berikan Komentar pada Artikel Ini !